NPK Hi-Grade, Jawaban Kebutuhan Pupuk Di Masa Depan

Pupuk NPK Hi-Grade menjadi solusi menyehatkan tanah dan produktivitas tanaman. Kandungan di dalamnya tidak sebatas formula NPK melainkan ditopang unsur lain yaitu organik, bio, dan humic acid. Adapula unsur mikroba di dalamnya sehingga penyerapan nutrisi tanah lebih baik.

Dalam beberapa tahun terakhir, tingkat kesuburan tanah di Indonesia telah mengalami penurunan akibat penggunaan pupuk kimia secara massif semenjak Revolusi Hijau Pertanian dari tahun 1970-an. Fenomena ini telah diamati Departemen Pertanian pada 2004 yang mengungkapkan pemberian pupuk jenis dan dosis tertentu tidak lagi berpengaruh nyata kepada produksi. Penyebab merosotnya produksi adalah berkurangnya jumlah mikroorganisme tanah. Hal inilah yang mengakibatkan kecenderungan takaran penggunaan pupuk semakin meningkat dari tahun ke tahun.

Dalam sebuah seminar, Direktur Pupuk dan Pestisida Dirjen Prasarana dan Sarana Kementerian Pertanian Muhrizal Sarwani menjelaskan bahwa lahan pertanian pangan di Indonesia mengalami fase kejenuhan. Indikator yang terlihat adalah kandungan karbon di dalam tanah sudah di bawah 2%. Padahal, kriteria tanah subur yaitu komposisi karbon di tingkat 2%-8% materi organik.

“Penggunaaan pupuk kimia secara massif seperti di tanaman pangan berdampak kepada turunnya unsur hara dalam tanah. Ketika dosis melewati batas membuat organisme di dalam tanah pun mati,” jelasnya.

Dari 17,83 juta petani pangan termasuk tebu dalam sensus Badan Pusat Statistik mengenai Pendataan Usaha Tani 2009, ditemukan bahwa 51% petani bergantung pupuk kimia dalam pengelolaan tanah. Berikutnya, 33% menggunakan pupuk majemuk atau NPK.

“Semakin banyak pakai urea tidak bagus juga. Tanah menjadi mengeras karena telah dikuras organiknya,” kata Muhrizal.

Baskara Liga, Pendiri Asosiasi Planters Indonesia mengakui penggunaan pupuk kimia dalam jangka panjang membuat berimbas kepada lima aspek. Pertama kerusakan tanah pertanian atau perkebunan karena tanah menjadi keras atau terputusnya mata rantai ekosistem. Kedua, cacing tanah menjadi langka termasuk biota tanah makro dan mikro. Ketiga gangguan terhadap pengguna pestisida kimia. Keempat, menggangu kesehatan konsumen dalam jangka panjang. Kelima, daya serap cahaya matahari menjadi berkurang oleh tanah permukaan.

Dampak buruk penggunaan pupuk kimia tunggal terjadi pula di perkebunan sawit. Kabelan Kunia, Peneliti Natura Bioresearch menyebutkan lebih dari 60% lahan perkebunan di pulau Sumatera telah mengalami degradasi kesuburan tanah (fisika, kimia dan biologi) yang diindikasikan oleh rendahnya kandungan bahan organik (di bawah 1%). Akibat rendahnya kandungan bahan organik ini antara lain tanah menjadi keras dan liat sehingga sulit diolah, respon terhadap pemupukan rendah, tidak responsif terhadap unsur hara tertentu, tanah menjadi masam, penggunaan air irigasi menjadi tidak efisien, meningkatnya patogen tanah seperti Ganoderma, serta produktivitas tanaman perkebunan cenderung rendah dan semakin sulit untuk ditingkatkan.

Lebih lanjut, kata Kabelan, bahan kimia yang telah over dosis digunakan untuk keperluan perkebunan, sehingga kondisi tanah yang digunakan kebun sawit tidak bertambah subur, tapi malah sebaliknya, tandus dan gersang.

“Akumulasi racun kimia saat ini sudah mengancam kelangsungan hidup mahluk di dalam dan permukaan tanah perkebunan. Tak hanya manusia yang kena imbasnya, tapi makhluk hidup yang lain juga kena getahnya,” jelas Kabelan.

Muhrizal Sarwani menyebutkan peralihan dari pupuk kimia tunggal kepada pupuk NPK telah berjalan di sektor pertanian dan perkebunan. Penggunaan pupuk NPK telah menjadi subsidi dari pupuk tunggal. Memang di perkebunan, kata Muhrizal, pupuk NPK telah banyak diaplikasikan terutama di kelapa sawit. Saat ini, banyak bermunculan pupuk NPK dengan formula berbeda-beda sesuai kebutuhan dari pengguna di kelapa sawit. “Banyak sekali yang mendaftar kepada kami (red-Kementerian Pertanian) produk pupuk NPK,”kata Muhrizal.

Juswar Halim, Presiden Direktur PT Satya Agrindo Perkasa, menyebutkan pupuk NPK Hi-Grade termasuk pionir di industri pemupukan karena terdapat berbagai macam kandungan mikroba di dalamnya.

“Kami melihat peluang untuk mengisi kebutuhan perkebunan sawit nasional. Pupuk NPK Hi-Grade termasuk produk pionir di industri pemupukan nasional. Karena ada beberapa jenis mikroba yang terkandung dalam NPK Hi-Grade,” tambah Juswar.

Sutisna Sintaatmadja, Senior Konsultan Pupuk NPK, menyebutkan Hi-Grade diformulasikan dengan konsep memadukan keunggulan bahan organik, hayati dan anorganik ditambah bahan lain yang bermanfaat bagi tanaman.

Dalam NPK Hi-Grade, kata Sutisna, ditambahkan unsur mikroba sesuai dengan iklim di Indonesia antara lain AzospiriLlum Sp., Azotobacter, Bacillus sp., Aspergillus sp., lactobacillus sp., mikoriza, dan tricoderma. Pupuk ini cocok digunakan untuk tanaman mulai dari pembibitan sampai tanaman menghasilkan (mature).

Sutisna menyebutkan NPK Hi-Grade ditunjang formula khusus OBH dari singkatan Organic, Bio, dan Humic Acid. Fungsi humic acid memberikan pengendalian pelepasan nutrisi yang diperlukan tanaman dan memberikan efek peningkatan efektitas dan efisiensi penggunaan pupuk anorganik.

Humic acid dapat larut minimal 95% sehingga bisa meresap ke dalam tanah, menyelimuti agregat tanah, dengan KTK yang tinggi mampu menyimpan nutrisi yang diperlukan tanaman, serta mengaktifkan nutrisi yang terjerat dalam tanah untuk dijadikan nutrisi yang tersedia bagi tanaman dengan cara pelepasan yang terkendali.

NPK Hi-Grade adalah pupuk bersifat pelarutan terkendali, mengandung senyawa mirip hormon tumbuh dan atau senyawa inti aktif organik (humic acid) akan memberikan tawaran penghematan dosis dan biaya karena memiliki tingkat efisiensi lebih tinggi dari pada pupuk NPK majemuk dan pupuk tunggal.

Kabelan Kunia mengakui pupuk NPK Hi-Grade plus OBH mempunyai keunggulan dari aspek penggabungan nutrisi makro NPK dan mikroba terbaik. Alhasil, pupuk ini mampu meningkatkan kesuburan dan keefektifan penyerapan nutrisi untuk tanaman sehingga membantu peningkatan produktivitas perkebunan secara bertahap. “Keunggulan NPK Hi-Grade terdapat kandungan mikroba terbaik dan terpilih untuk membantu tanah dan tanaman. Mikroba ini harus selektif karena tidak semuanya baik,” jelas Kabelan.

Scroll to Top